Apakah para pelanggan seringkali menolak untuk membeli produk Anda? Jika layanan dan produk Anda sudah memiliki kualitas yang bagus, namun pelanggan masih tetap tidak mau untuk membeli produk Anda, secara umum masalahnya tidak akan terlalu jauh dari yang namanya “Price Sensitivity (Sensitivitas Harga)”. Dalam menghadapi pelanggan yang memiliki perasan yang sensitif terhadap harga, maka tidak harus selalu direspon dengan cara menurunkan harga. Sebaliknya strategi untuk menaikkan harga justru sering dianggap sebagai sesuatu yang lebih jitu untuk solusi jangka panjangnya.
Strategy Pricing Sensitivity (Strategi Sensitivitas Harga)
Terdapat kasus yang mana para pelanggan seringkali berkomentar secara negatif saat akan membayar produk yang telah dibeli, padahal perusahaan sudah menganggap bahwa harga yang telah ditetapkan sudah pantas untuk produk tersebut. Setiap kali Anda memiliki waktu luang, sebaiknya segera gunakan untuk mengunjungi divisi penjualan karena bagian itulah yang biasanya paling tahu dengan berbagai permasalahan penjualan dan juga tentang harga. Jangan lupa pula untuk meneliti ulang tentang seberapa bagus dan siapa sebenarnya target market-nya.
Mengapa harus demikian? Kemungkinan besar masalahnya adalah terletak pada harga yang membuat para pelanggan menjadi sangat “sensitif”. Maka ini saatnya bagi Anda untuk mempelajari tentang “price sensitivity”, agar para pelanggan bisa semakin senang untuk membeli produk Anda. Jangan sampai pelanggan menganggap harga yang telah Anda tetapkan masih tidak masuk akal, alias jumlah uang yang mereka keluarkan dianggap memang tidak sepadan untuk sebuah produk.
Pada prinsipnya, semakin tinggi price sensitivity, maka juga akan semakin mudah bagi para pelanggan untuk menolak membelinya. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah price sensitivitynya, maka akan semakin pelanggan rela untuk membeli suatu produk dan bahkan sampai rela untuk membayar secara lebih untuk mendapatkan tingkat kualitas yang mereka inginkan.
Apabila berurusan dengan para pelanggan yang sangat sensitif terhadap harga, maka Anda harus benar-benar memahami tentang apa saja yang mereka harapkan, dan bagaimana kompetisi yang sedang terjadi di pasar, dan tentang bagaimana Anda dapat menambahkan value pada produk agar dapat menutupi price sensitivity yang semakin tinggi tersebut. Semakin tinggi price sensitivity, maka bisa diartikan pula dengan semakin besar kendali yang telah dimiliki oleh para konsumennya.
Seperti halnya dalam kasus taxi Blue Bird dan Silver Bird, terdapat beberapa pelanggan yang memiliki sikap price sensitivity yang terlalu tinggi terhadap taxi Silver Bird sehingga mereka memutuskan untuk tidak menggunakan layanan itu lagi dan memilih untuk naik Blue Bird sebagai gantinya. Sebaliknya ada juga dari para pelanggan yang memiliki price sensitivity begitu rendah terhadap taxi Silver Bird, sehingga mereka akan rela untuk membayar lebih untuk mendapatkan pelayanan dan kualitas yang lebih dari taxi Silver Bird. Tentu saja masih terdapat banyak sekali faktor lain yang akan mempengaruhi setiap pengambilan keputusan tersebut.
Lalu sekarang apa itu yang dimaksud dengan Price Sensitivity?
Jadi apa sebenarnya yang dimaksud dengan price sensitivity itu? Price sensitivity adalah sejenis tingkatan dimana dan bagaimana tentang perilaku konsumen dapat dengan mudah dipengaruhi oleh perbedaan harga dari suatu produk atau layanan. Price sensitivity juga lebih dikenal dengan istilah price elasticity dari demand yang masih ada. Dan ini berarti bahwa seberapa jauh penjualan dari suatu produk dapat terpengaruh oleh harga. Kesimpulannya adalah, demand yang ada di pasar dapat setiap saat berubah hanya karena adanya faktor harga.
Dengan cara mempelajari price sensitivity ini, maka Anda akan semakin terbantu juga dalam memahami bagaimana perilaku para pelanggan sehingga akan dapat membantu mereka dalam mengambil keputusan yang tepat untuk membeli. Pihak produsen pun juga bisa semakin terbantu dalam memahami tentang bagaimana mereka harus memproduksi suatu produk dan menyesuaikannya dengan berbagai permintaan (demand), biaya, kualitas, dan lain sebagainya.
Tingkatan price sensitivity juga bisa beragam, tergantung dari produk seperti apa dan siapa saja konsumennya. Anda akan dapat melihat meskipun banyak merek dari penerbangan murah (low cost carrier / flights) seperti AirAsia atau Lion Air, akan tetapi penerbangan yang memiliki harga tertinggi atau mahal pun, seperti Garuda atau Singapore Airlines, ternyata masih tetap tidak kehilangan pelanggan setianya. Dengan kata lain demand untuk industri penerbangan premium pun sama sekali tidak sampai tergerus oleh meningkatnya demand penerbangan yang berharga murah.
Groedu Inti Global Inovasi (Groedu Trainer Pelatihan Pemasaran Bisnis)
Cito Mall – Jl. A. Yani 288 (Bunderan Waru), Lantai UG, US 23, No. 3 & 5 Surabaya.
Hp : Frans : 0818521172
Office (only call no sms) : 081-59417699
Fast Respon Email : groedu_inti@hotmail.com