Setiap konsumen memang memiliki cirri khasnya masing-masing, termasuk karakter khas dari para konsumen di Indonesia. Ciri-ciri khas dari karakter ini memang harus mampu dipahami oleh para marketer agar produk yang akan dijual menjadi lebih tepat sasaran. Karakter khas ini juga yang menjadikan beberapa merek mampu berjaya di luar negeri namun saat masuk ke pasar Indonesia, mereka malah tidak bisa sukses.
Seiring dengan semakin berkembangnnya teknologi dan masuknya internet dalam kehidupan sehari-hari, menjadi semakin banyak diantara konsumen Indonesia yang lebih memahami teknologi dengan sangat baik.
Sebenarnya secara umum terdapat beberapa karakter yang bisa mewakili karakter dari para konsumen di Indonesia, beberapa diantaranya adalah:
1. Lebih Religius.
Konsumen Indonesia tetaplah konsumen yang masih religius, sekalipun gerakan sekuler begitu banyak bermunculan di dunia. Sifat dari religius tersebut tetap bisa bertahan karena kereligiusan konsumen Indonesia mampu beradaptasi dalam mengikuti perkembangan zaman modern seperti sekarang ini. Misalnya dakwah-dakwah yang banyak dilakukan melalui Youtube. Fenomena-fenomena jilbab di Indonesia juga semakin menguatkan karakter seperti ini.
2. Senang Bersosialisasi.
Senang bersosialisasi mungkin kata-kata yang lebih tepat jika dibandingkan dengan penyebutan suka berkumpul pada masa-masa seperti sekarang ini. Artinya adalah, sekalipun tidak bahkan jarang bertemu, para konsumen Indonesia merasa senang untuk bersosialisasi dengan orang lain. Itulah sebabnya media sosial semakin bertumbuh pesat di Indonesia. Demikian pula dengan berbagai bentukan komunitas-komunitas, dengan cepat bisa tumbuh subur di Indonesia.
3. Memiliki Pemikiran Jangka Pendek.
Pemikiran jangka pendek masih tetap dimiliki oleh para konsumen Indonesia. Sifat tergesa-gesa, ingin cepat, dan serba ingin instan masih dimiliki oleh kebanyakan konsumen di Indonesia. Itulah sebabnya mengapa produk-produk yang memberikan manfaat yang berupa jangka panjang seperti asuransi membutuhkan waktu yang jauh lebih panjang dalam mengedukasi para konsumen. Berbeda halnya dengan makanan suplemen atau penambah energi. Dengan iklan yang begitu jor-joran saja konsumen sudah langsung terpengaruh untuk langsung membelinya.
4. Tidak Terencana Dalam Hal Membeli.
Konsumen Indonesia lebih cenderung masih belum memiliki perencanaan yang baik. Itulah sebabnya mengapa tingkat impulse buying di Indonesia masih terbilang tinggi. Artinya adalah konsumen di Indonesia masih senang membeli produk-produk langsung di supermarket tanpa direncanakan. Demikian pula tingginya penggunaan kartu pra bayar di Indonesia, yang menunjukkan bahwa orang Indonesia akan membeli pulsa pada saat butuh saja.
5. Super Adaptif dengan Perkembangan Teknologi.
Jika dulu orang Indonesia masih kurang adaptif dengan kehadiran teknologi, sekarang yakinlah bahwa orang-orang Indonesia sudah mulai tergila-gila dengan hadirnya teknologi. Artinya adalah, setiap ada teknologi baru yang hadir, maka konsumen Indonesia dengan sangat cepat menyerap. Hal itu mungkin saja tidak terlalu berpengaruh terhadap para generasi tua, namun untuk generasi muda, sifat seperti ini sangat terlihat sekali. Contohnya adalah Pokemon Go, game dengan teknologi baru begitu masuk di Indonesia langsung laris meskipun masih belum dirilis secara resmi.
6. Senang Ikut-ikutan Trend.
Konsumen di Indonesia masih menjadi konsumen yang senang untuk mengikuti orang lain, alias follower. Mereka senang mencari referensi dari orang lain. Kekuatan selebriti dalam menggerakkan konsumen masih sangat besar karena konsumen Indonesia senang mengidolakan orang lain dan begitu terpengaruh oleh idola tersebut.
7. Kurang Peduli Dengan Lingkungan.
Konsumen di Indonesia masih belum terlalu sadar akan lingkungan, sekalipun kesadaran itu perlahan-lahan sudah mulai tumbuh dengan sendirinya. Kampanye untuk tidak menggunakan kantong plastik saat berbelanja belum bisa dikatakan sukses. Sifat tidak peduli terhadap lingkungan menjadikan para marketer belum banyak yang bisa melakukan pendekatan produk dengan cara seperti ini.
8. Senang Bersikap Pamer.
Selain membeli barang-barang yang bergengsi tinggi, sifat yang tidak mudah hilang dari konsumen Indonesia adalah senang pamer. Selfie dan narsis adalah kebiasaan mereka, banyak diantara konsumen di Indonesia, yang mana mereka merasa senang untuk memotret diri sendiri dan memamerkannya di media sosial. Platform media sosial baru selalu menjadi perhatian dari para konsumen di Indonesia sebagai tempat atau ajang untuk memamerkan eksistensi mereka.
9. Gengsi Masih Terlalu Tinggi.
Karakter yang satu ini juga masih belum bisa hilang dari konsumen Indonesia. Konsumen Indonesia masih terlalu senang terhadap sesuatu yang berbau gengsi. Ponsel keluaran terbaru selalu laris di Indonesia. Demikian pula mobil-mobil mewah di Indonesia, semakin terlihat banyak di jalanan.
10. Menyukai Produk-Produk Berbau Luar Negeri.
Harus diakui, bahwa keinginan dalam mengonsumsi produk luar negeri terbilang masih sangat besar di Indonesia. Namun demikian, gerakan-gerakan untuk mencintai produk dalam negeri bukannya tanpa hasil. Gerakan-gerakan ini semakin intens karena adanya media sosial dan muncul langsung dari bawah. Bandingkan misalnya dengan zaman orde baru saat kampanye menggunakan produk dalam negeri lebih didorong oleh pihak pemerintah.
11. Tetap Kuatnya Budaya Lokal.
Sekalipun sudah menjadi konsumen global, sifat-sifat kedaerahan di Indonesia masih belum bisa hilang sama sekali. Semakin kuatnya otonomi daerah di Indonesia malah justru menjadikan setiap daerah sekarang semakin berupaya menampilkan keunggulan dan kekhasan dari daerahnya masing-masind daripada daerah lain.
12. Lebih Mementingkan Konteks Daripada Konten.
Sifat untuk mementingkan konteks daripada konten masih tetap terlihat sampai sekarang. Orang Indonesia masih tidak suka melihat kandungan obat. Asalkan kemasannya menarik, konsumen Indonesia menganggapnya memiliki kualitas yang baik. Orang Indonesia juga tidak suka konten yang terlalu berat. Itulah sebabnya mengapa meme menjadi fenomena terunik yang tetap menarik sampai sekarang di Indonesia karena sifatnya sangat ringan dan cenderung berupa humor. Di sisi lain, kekurangingintahuan dari konsumen terhadap detail konten menjadikan konsumen Indonesia begitu mudah dipengaruhi. Karena itulah sangat tidak mengherankan apabila kasus-kasus hoax dan berita-berita tidak pasti begitu mudah mempengaruhi para konsumen di media social.
Groedu Inti Global Inovasi (Groedu Trainer Pelatihan Pemasaran Bisnis)
Cito Mall – Jl. A. Yani 288 (Bunderan Waru), Lantai UG, US 23, No. 3 & 5 Surabaya.
Hp : Frans : 0818521172 (XL)
Simpati : 081-252982900
Office (only call no sms) : 0811-3444-910
Fast Respon Email : groedu@gmail.com/groedu_inti@hotmail.com